Pagi ini mendung menghiasi langit kotaku. Biasalah dibulan februari ini memang musim hujan. Dengan bergegas kukenakan pakaian "hansip" untuk mengikuti Upacara bendera di lapangan utama di Kotaku.
Dengan cepat kupacu sepeda motorku ke lapangan upacara. Polisi tidur di ujung gang ku lewati dengan cepat, lampu merah di perempatan jalan ku terobos, kuklakson anak sekolah yang akan menyeberang jalan. Semua itu kulakukan agar tidak ketinggalan upacara senin, kegiatan wajib yang menandai kegiatan minggu ini akan dimulai sambil berharap hujan tidak turun.
Sampai di lapangan upacara, sudah banyak rekan-rekan sejawat yang berbaris sesuai dengan dinas dan instansi masing-masing. Kami berbaris rapi mengikuti aba-aba komandan upacara yang mengatur barisan.
Jam tangan menunjukkan tepat 7.15 wib, tanda upacara akan segera dimulai. Di depan kami berbaris rapi pejabat pemerintah, dari kepala dinas, kabag, para asisten dan tak lupa sekda. tak tampak kepala daerah pada hari ini. Seperti biasanya kemungkinan pembina upacara hari ini adalah sekda.
Sementara itu langit semakin hitam disertai dengan tiupan angin yang agak kencang. Tak lama kemudian protokol upacara memberikan pengumuman bahwa hari ini upacara tidak dilaksanakan dan peserta upacara dibubarkan. Tentu saja pengumuman ini disambut dengan gumaman dari pegawai bahkan ada yang bertepuk tangan sambil berkata " Asyik oi ".
Ingatanku terbayang apel pagi jum'at kemaren. Apel pagi wajib dilaksanakan di setiap kantor pemerintahan dikotaku tepat jam 7.00 pagi. Pada hari itu hujan gerimis dimulai sejak subuh sehingga membuat aku agak malas mengikuti apel pagi. Maklumlah kekantor aku mengendarai sepeda motor, jadi pasti kehujanan dijalan. Tapi naas bagiku, pada hari itu Asisten I mengadakan inspeksi mendadak ke kantorku. Jadilah kami yang terlambat dan tidak mengikuti apel pagi mendapat sarapan ceramah dari Asisten I.
Dengan lantang dan keras beliau berkata bahwa setiap pegawai itu wajib apel pagi tanpa terkecuali dan tanpa alasan apapun. Walaupun hujan tetap bisa apel di dalam aula. Beliau tidak menerima alasan hujan yang kami gunakan. Kedisiplinan harus ditegakkan dan dijadikan kebiasaan katanya dengan keras.
Kami hanya mengerutu dalam hati, coba saja beliau menggunakan sepedamotor seperti kami tentunya beliaupun merasa kedinginan. Atau kami menggunakan mobil seperti dia, tentunya kamipun tidak terlambat.
Seperti upacara hari ini, hanya karena mau hujan saja upacara dibatalkan, padahal hujan turun tiga jam setelah itu. Cuma gara-gara bapak-bapak pejabat didepan kami takut kebasahan termasuk Asisten I yang berbicara disiplin kemaren.
Disiplinpun ikut luntur bersama hujan dan angin kencang.
Memang disiplin dan hukum itu untuk orang kecil bukan untuk orang besar seperti mereka. Bagaimana bisa mereka berbicara disiplin sedangkan mereka sendiri memberi contoh tidak benar. Bukankah pemimpin itu harus berbuat sesuai dengan perkataannya ?
Ah sudahlah, memang hukum dan disiplin itu untuk kami pegawai rendahan...........
Monday, February 5, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment