Hari selasa adalah jadwal rutin kami untuk meninjau ke lapangan, sebab hari senin setelah upacara merupakan waktu untuk mengevaluasi kegiatan minggu lalu dan rencana kerja minggu ini.
Sewaktu mempersiapkan dokumen-dokumen yang akan dibawa kelapangan, seorang rekan datang sambil menggerutu, " Sat-Pol PP sialan, Memangnya kita ini kriminal !" katanya.
"masa kita ditangkap dijalan dan digelandang ke Penjara yang bereda di kantor mereka, hanya karena tidak membawa surat izin keluar kantor". "Kita ini kan sama-sama PNS, bukan penjahat, seumur hidup baru sekali ini saya dikerangkeng" sungutnya. " Yang membuat kesal adalah yang menangkap saya adalah pegawai honorer, bukan PNS"
Ternyata rekan saya tadi ditangkap oleh petugas Sat-Pol PP yang sedang razia pegawai. Didaerah saya memang pegawai negeri dilarang keluar kantor pada saat jam dinas, kecuali memiliki alasan yang jelas disertai dengan surat izin dari atasannya.
Resiko bagi yang tertangkap dimasukkan kedalam kerangkeng sampai atasan langsung atau kepala kantor yang bersangkutan membebaskannya di sertai membuat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Memang tugas Satuan ini untuk menegakkan dan mengawasi peraturan daerah yang telah ditetapkan. Resikonya mereka tidak hanya berhadapan dengan para pedangang kakilima, pemilik ruko, sopir angkutan, tukang ojek, wanita malam, warung tepi jalan, pemilik pabrik atau pengemis dijalanan tetapi juga dengan sesama pegawai negeri.
Tak heran mereka mendapat julukan "Pura-pura Polisi" (PP), yang tindaktanduknya melebihi polisi. Terkadang malah melewati wewengan polisi itu sendiri.
Dalam menegakkan disiplin dan peraturan daerah ini, Sat-Pol PP tidak main-main. Mereka dipersiapkan seperti polisi layaknya, bahkan untuk pejabatnya disediakan senjati api.
Yang disayangkan satuan yang dibentuk dengan tujuan yang mulia ini banyak disalah artikan oleh rekan-rekan satpol PP yang ada dilapangan. Banyak kasus yang terjadi akibat tindakan pongah dari mereka. Terutama pegawai honorer yang mereka rekrut, yang umumnya masih muda-muda, emosional dan suka petantang-petenteng.
Beberapa waktu yang lalu di kota saya, ada kejadian Kepala satpol PP menodongkan senjata apinya ke tukang Parkir, hanya gara-gara masalah sepele situkang parkir tersebut menegurnya karena parkir ditempat yang dilarang.
Dilain kesempatan seorang Kepala Bidang di kantor saya juga naik pitam akibat tingkah polah pegawai honorer satpol PP. Dengan tanpa sopan santun pegawai honor tersebut menanyakan surat izin keluar kantornya. Padahal Kabid tersebut baru saja mengikuti acara resmi dengar pendapat dengan DPRD, yang tentunya tidak perlu izin keluar kantor.
Selain digembleng fisiknya hendaknya Satuan ini juga perlu digembleng mental, tingkah laku, serta kedisiplinan mereka agar keberadaannya diterima dimasyarakat untuk melengkapi kekurangan dari aparat kepolisian. Bukan menambah resah masyarakat akibat polah mereka. Seorang pemilik warung pernah mengutarakan kekesalannya diawal tahun baru lalu. Warung bapak tersebut pernah di "rampok" oleh satuan tersebut. Mereka datang dengan alasan mencari minuman keras. Tetapi anehnya setelah tidak ditemui minuman keras mereka minta jatah untuk lebaran dan tahun baru.
Tampaknya disiplin itu untuk orang lain, tidak untuk mereka. Mereka hanya melihat kesalahan orang lain tanpa berkaca dan memandang diri mereka sendiri.
Tadipun sebelum kelapangan seperti biasanya kami mengisi perut dan membeli bekal dikedai nasi langganan kami. Disana tampak duduk tiga orang pegawai wanita berseragam dinas Sat-Pol PP. Iseng-iseng kami bertanya, " Tidak takut di razia mbak ?"
Dengan santai mereka menjawab "Santai aja pak, Tak mungkinlah kami dirazia, walaupun tidak membawa surat izin dari atasan. Mereka kan teman kami".
Nah loh, ternyata betul kan, disiplin itu cuma untuk orang lain...........
Apakah anda ada masalah serupa dengan Sat-Pol PP ?
Sewaktu mempersiapkan dokumen-dokumen yang akan dibawa kelapangan, seorang rekan datang sambil menggerutu, " Sat-Pol PP sialan, Memangnya kita ini kriminal !" katanya.
"masa kita ditangkap dijalan dan digelandang ke Penjara yang bereda di kantor mereka, hanya karena tidak membawa surat izin keluar kantor". "Kita ini kan sama-sama PNS, bukan penjahat, seumur hidup baru sekali ini saya dikerangkeng" sungutnya. " Yang membuat kesal adalah yang menangkap saya adalah pegawai honorer, bukan PNS"
Ternyata rekan saya tadi ditangkap oleh petugas Sat-Pol PP yang sedang razia pegawai. Didaerah saya memang pegawai negeri dilarang keluar kantor pada saat jam dinas, kecuali memiliki alasan yang jelas disertai dengan surat izin dari atasannya.
Resiko bagi yang tertangkap dimasukkan kedalam kerangkeng sampai atasan langsung atau kepala kantor yang bersangkutan membebaskannya di sertai membuat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Memang tugas Satuan ini untuk menegakkan dan mengawasi peraturan daerah yang telah ditetapkan. Resikonya mereka tidak hanya berhadapan dengan para pedangang kakilima, pemilik ruko, sopir angkutan, tukang ojek, wanita malam, warung tepi jalan, pemilik pabrik atau pengemis dijalanan tetapi juga dengan sesama pegawai negeri.
Tak heran mereka mendapat julukan "Pura-pura Polisi" (PP), yang tindaktanduknya melebihi polisi. Terkadang malah melewati wewengan polisi itu sendiri.
Dalam menegakkan disiplin dan peraturan daerah ini, Sat-Pol PP tidak main-main. Mereka dipersiapkan seperti polisi layaknya, bahkan untuk pejabatnya disediakan senjati api.
Yang disayangkan satuan yang dibentuk dengan tujuan yang mulia ini banyak disalah artikan oleh rekan-rekan satpol PP yang ada dilapangan. Banyak kasus yang terjadi akibat tindakan pongah dari mereka. Terutama pegawai honorer yang mereka rekrut, yang umumnya masih muda-muda, emosional dan suka petantang-petenteng.
Beberapa waktu yang lalu di kota saya, ada kejadian Kepala satpol PP menodongkan senjata apinya ke tukang Parkir, hanya gara-gara masalah sepele situkang parkir tersebut menegurnya karena parkir ditempat yang dilarang.
Dilain kesempatan seorang Kepala Bidang di kantor saya juga naik pitam akibat tingkah polah pegawai honorer satpol PP. Dengan tanpa sopan santun pegawai honor tersebut menanyakan surat izin keluar kantornya. Padahal Kabid tersebut baru saja mengikuti acara resmi dengar pendapat dengan DPRD, yang tentunya tidak perlu izin keluar kantor.
Selain digembleng fisiknya hendaknya Satuan ini juga perlu digembleng mental, tingkah laku, serta kedisiplinan mereka agar keberadaannya diterima dimasyarakat untuk melengkapi kekurangan dari aparat kepolisian. Bukan menambah resah masyarakat akibat polah mereka. Seorang pemilik warung pernah mengutarakan kekesalannya diawal tahun baru lalu. Warung bapak tersebut pernah di "rampok" oleh satuan tersebut. Mereka datang dengan alasan mencari minuman keras. Tetapi anehnya setelah tidak ditemui minuman keras mereka minta jatah untuk lebaran dan tahun baru.
Tampaknya disiplin itu untuk orang lain, tidak untuk mereka. Mereka hanya melihat kesalahan orang lain tanpa berkaca dan memandang diri mereka sendiri.
Tadipun sebelum kelapangan seperti biasanya kami mengisi perut dan membeli bekal dikedai nasi langganan kami. Disana tampak duduk tiga orang pegawai wanita berseragam dinas Sat-Pol PP. Iseng-iseng kami bertanya, " Tidak takut di razia mbak ?"
Dengan santai mereka menjawab "Santai aja pak, Tak mungkinlah kami dirazia, walaupun tidak membawa surat izin dari atasan. Mereka kan teman kami".
Nah loh, ternyata betul kan, disiplin itu cuma untuk orang lain...........
Apakah anda ada masalah serupa dengan Sat-Pol PP ?
No comments:
Post a Comment